Friday, May 23, 2008

THE AMAZING GRACE; Based On True Story Films.

“”

KISAH PERBUDAKAN YANG DRAMATIS.[1]

Oleh A.S. Anam

Mahasiswa Sosiologi Pembangunan UNJ 03

Pada abad ke 18 atau lebih tepanya tahun 1799, di Inggris. Perdagangan manusia atau disebut sebagai perbudakan menjadi hal yang sangat lazim dan biasa, karena pada saat itu banyak imigran Afrika diperdagangkan untuk memenuhi kebutuhan perusahaan perkebunan dan gula. Sebagai buruh yamg majikannya pengusaha yang juga bekerja sebagai anggota parlemen Inggris ( perlu diketahui bahwasanya Inggris didirikan oleh budak Afrika yang diperdagangkan ). Para buruh itu terdiri dari wanita, anak – anak, dan orang dewasa. Mereka diperdagangkan karena di Afrika sendiri dikuasai oleh bangsakulit putih, contoh Perancis, Inggris, serta Spanyol, dan tidak ada lahan pekerjaan.

Dalam film the Amazing Grace, diceritakan penderitaan, penindasan, yang dialami oleh para budak Afrika. Mereka dibayar dengan sangat murah, gaji mereka dirampas oleh majikannya untuk digunakan membeli pelacur, dan membeli budak yang lain. Untuk mengangkut para budak, pengusaha menyediakan sebuah kapal yang diberi nama, kapal budak. Didalam kapal itu terdapat ribuan budak, mereka ditempatkan disebuah geladak yang hanya berukuran 3 meter. Selama perjalanan mereka diberi makan sehari sekali, padahal mereka menempuh perjalanan selama 3 bulan. bahkan untuk membuang hajat, mereka harus melakukannya ditempat itu juga. Dan ketika mereka sampai di perkebunan Jamaika, tempat berlangsungnya kegiatan pabrik, banyak yang mati karena kelaparan

Selain itu, di film ini diceritakan ada seorang anggota parlemen ( kaum borjuis ), bernama William Willberforce, yang selalu berjuang untuk mengakhiri perbudakan di Inggris. Dia selalu mendapat pertentangan dari pengusaha dan anggota parlemen yang menolak gagasannya untuk membuat Rancangan Undang – Undang larangan perbudakan. Mereka beralasan jika perbudakan dilarang, sama saja dengan beralihnya pabrik – pabrik perkebunan dan gula ke tangan Perancis, dan akan mengancam finansial industri besar di kota Boston, Paris, Liverpool, New York, dan London. Sebagai pusat perbudakan di dunia dan mengakibatkan pengusaha menutup pabriknya dan terancam tidak bisa memberi makan dan nafkah bagi keluarganya.

Dalam usahanya meyakinkan pemerintah mengakhiri perbudakan, Willber membuat petisi yang isinya berupa tanda tangan anggota parlemen yang mendukung perjuangannya, lalu para mantan budak, dan masyarakat yang menolak perbudakan. Ada sebuah drama dimana dia ditantang oleh seorang pengusaha berjudi. Bila pengusaha itu kalah, dia akan menyerahkan budaknya kepada Willber. Tapi dia menolaknya dan meminta pengusaha tadi membebaskan budak itu. Dia juga mengundang para gelandangan, pengemis, pelacur, untuk makan malam di rumahnya.

Yang membuat dia sangat kuat untuk membela kaum tertindas adalah dia merasa Tuhan sangat dekat dengannya, demi Tuhan akan ku akhiri penderitaan in, begitu teriaknya di belakang rumahnya. Willber mempertaruhkan dirinya, keluarganya, kekayaanya, derajatnya sebagai kaum borjuis, dan anggota parlemen untuk menciptakan keadilan. Bahwa Tuhan menciptakan manusia sama, dan harkat, derajat budak harus di selamatkan,,, serunya di hadapan anggota parlemen.

Di akhir film, parlemen menyetujui rancangan undang- undang larangan perbudakan di Inggris menjadi undang – undang. Dan setelah itu, Willber terus berkampanye tentang keseteraan pendidikan, kesehatan, dan penjara, hingga akhir hayatnya. Sir William Willberforce wafat pada tahun 1833, dan dimakamkan di Westminster Abbey, bersebelahan dengan makam sahabatnya William Pitt.


[1] Untuk diskusi kamis sore, the Amazing Grace, Kamis, 17 April 08.

No comments: