Monday, March 24, 2008

Seksualitas Lesbian

“Seksualitas Lesbian”
oleh : Fitria Chandra (BK 2004)

Di Indonesia pada umumnya adalah tabu untuk berbicara tentang sex, terlebih di muka umum seperti dalam diskusi kali ini. Namun di sini diperlukan sebuah kesadaan pada “kaum intelektual muda” untuk tak segan-segan membongkar fakta sosial yang ada di masyarakat, yang pada kali ini adalah Sexualitas Lesbian. Berikut beberapa faktor penyebab perempuan melakukan hubungan homoseksual; - Kurang mengalami kepuasan kepada pasangan laki-laki. - Pernah mengalami kekerasan / trafiking. - Pernah melihat orang tua dalam hal ini ayahnya menindas ibunya. - Lingkungan. - Sakit hati dengan laki-laki. - Dsb. Relasi seksual sejati umumnya adalah dimana sebagian dari anggota tubuh pria, dalam hal ini penis tentunya, memasuki liang vagina perempuan. Di sini sangat jelas digambarkan bahwa relasi seksual secara alamiah adalah relasi antara laki–laki dan perempuan, bahkan pada binatang sekalipun!, namun kemudian banyak orang (tentunya kaum heteroseksual) bertanya–tanya tentang bagaimana lesbian melakukan relasi seksual, apakah relasi seksual lesbian dapat memberikan kepuasan, terutama dalam hal orgasme?, apakah relasi seksual lesbian membutuhkan penetrasi?, dan sederetan pertanyaan lain yang mengiringinya. Penetrasi tentunya bukan lah faktor tunggal untuk dapat memberikan kepuasan seksual. Dalam hal ini laki-laki heteroseksual juga menyenangi ‘oral sex’ begitu pula perempuan hetero. Penetrasi penting pula oleh kaum lesbian, karena seksualitas bisa dinikmati dengan cara apapun sepanjang mahluk yang melakukannya sepakat untuk menjalaninya. Namun pada dasarnya, titik kenikmatan perempuan ada pada clitoris-nya. Jika tahu bagaimana merangsang clitoris, tentunya tahu bagaimana rasanya orgasme. Dalam buku the vagina monologus dari eve ensler, dikatakan bahwa clitoris adalah satu-satunya organ tubuh yang fungsinya hanyalah untuk merasakan kenikmatamn semata. Clitoris wanita dibeberapa negara ada yang dipotong atau dikenal dengan praktek sunat perempuan yang dikenal dengan female genital mutilation(fgm). Clitoris dipotong diyakini bahwa mereka tidak akan bisa mengalami kepuasan seksual, yang di sisakan hanya lubang vagina untuk penis laki-laki berpenetrasi, atau untuk melahirkan. Benarkah dalam relasi lesbian juga terdapat pembagian peran secara seksual seperti halnya dalam relasi hetero? Ada satu istilah lesbian yaitu relasi butch-fem. Disini perempuan mengadopsi peran laki-laki seperti peran relasi heteroseksual. Sebaliknya perempuan mengadopsi peran perempuan dalam relasi heteroseksual. Dalam relasi hetero peran laki-laki mengambil peran aktif dalam melakukan hubungan seksual sekaligus kepuasan seksual lebih dititikberatkan kepuasan pria. Sedangkan perempuan mengambil peran pasif. Relasi butch-fem perempuan mengambil peran aktif bukan pasif. Penelitian tentang relasi pasangan lesbian yang dilakukan oleh Madeline Davis dan Lapovsky Keneddy pada sekelompok komunitas lesbian di Buffalo, New York, yang hidup pada era 1940-an hingga 1960-an. Seksual lesbian lebih terpenuhi kepuasannya dibandingkan dengan pria. Karena tidak ada peran dalam melakukan seksualitas yang hanya sekedar menerima saja tetapi memberi dari pasangan fem-nya. Bagaimana penampilan seorang lesbian? Penampilan luar seorang lesbian bisa saja berpenampilan maskulin atau feminim, tetapi dalam relasi seksual, keterbukaan dan kesadaraan perempuan akan seksualitas tubuhnya membuat relasi seksual lesbian sekarang ini lebih mutual (era 2000 ini). Keintiman seksual yang sejati didapat justru dari pengalaman seksualnya dengan perempuan. Walaupun tidak berarti heteroseksual tidak bisa memberi nilai keintiman, hanya saja adanya pembagian peran yang mengurangi esensi dari nilai keintiman tersebut. akan tetapi paham utilitarian mengatakan bahwa tubuh perempuan di desain sedemikian rupa untuk menerima penetrasi penis laki-laki. Kemudian rahim untuk mengandung anak dan payudara untuk menyusui. Seksualitas hanya didasarkan pada fungsi reproduksi. Kaum ini menganggap homoseksual tidak produktif. Sebenarnya kaum lesbian bisa menjalankan fungsi reproduksinya (produktif), dalam hal ini hamil, melahirkan dan menyusui. Dengan cara inseminasi buatan misalnya perempuan yang ingin mempunyai anak tetapi tidak dalam ikatan perkawinan. Diskrimminasi perempuan tidak menghadapi masalah ejakulasi dini, impotensi pada pasangan keluhan penis pasangan kurang panjang dsb. Kaum lesbian tidak dipusingkan dengan ‘viagra atau jamu-jamu kuat. Foreplay menjadi kenikmatan bagi kaum lesbian, karena dengan foreplay lesbian tidak harus pentrasi yang terburu-buru. Dalam majalah female edisi bulan April 2005, terdapat pembahasan mengenai percintaan kaum lesbian. Dikatakan bahwa beberapa perempuan yang sudah pernah merasakan hubungan intim dengan sesama perempuan, umumnya berpendapat seksual dengan sesama perempuan lebih menyenangkan daripada dengan pria. Perempuan lebih bisa menghargai dan peka terhadap kebutuhan perempuan pasangan seksnya. Berbeda dengan pria yang dianggap tidak mampu membaca gerak tubuh pasangan seksnya. Selalu ingin buru-buru melakukan penterasi, sehingga seringkali perempuan harus mengalami fake orgasm (orgasme pada perempuan yang pura–pura) demi menyenangkan pasangan prianya. Hubungan sesama perempuan lebih aman karena tidak ada rasa takut mengalami pelecehan seksual dari sesama perempuan. Sisterhood merupakan salah satu hal yang membentuk keintiman dalam relasi seks pasangan lesbian. Pasangan lesbian umumnya tidak egois dengan mementingkan kepuasan sendiri tetapi mementingkan kepuasan pasangannya. Mengapa laki-laki tidak menyukai lesbian tetapi suka hanya dengan tontonan? Jawabannya, dengan menjadi lesbian berarti masalah kenikmatan seksual tidak lagi membutuhkan laki-laki. Dan mengapa laki-laki menyukai adegan seksual antar perempuan? Ada baiknya kaum heteroseksual banyak belajar dari relasi seksual lesbian, supaya tidak ada lagi laki-laki hetero yang merasa paling hebat dalam melakukan seksual dan berpikran jika sudah mengalami kepuasan seksual berarti pasangnnya juga begitu. Serta supaya tidak ada lagi laki-laki hetero yang merasa mengalami fake orgasm pada pasangannya.

No comments: