Friday, April 25, 2008

Nasib "Pahlawan Tanpa Tanda Jasa" (dimana kesejahteraan itu berpihak…?)

Oleh ANDI FACHRUDIN (YUKEN),[1] Salam Anti Penindasan!

Hahahahaha...Awali membaca tulisan ini dengan tertawa kawan, agar emosi ini tak terpancing akan sebuah ilustrasi dari fenomena pendidikan kita yang selama ini masih truz mengalami kemunduran. Ada satu pertanyaan, SIAPA yang bertanggung jawab akan nasib pendidikan di negara kita yang terus mengalami kemunduran???

Jawabannya adalah oknum yang tertawa membaca tulisan ini..

Mengapa..karena kalianlah generasi pemuda bangsa yang mampu membawa perubahan kearah yang lebih baik didalam berbagai aspek, termasuk aspek pendidikan..{amiiieen...!!!}

Mengapa kalian tertawa,,karena mungkin kalian mengetahui apa sebenarnya yang membuat pendidikan di negeri ini mengalami keterpurukan..

Mungkin dengan tertawa kalian bisa menahan emosi sesaat dan mampu memberikan sebuah solusi akan nasib pendidikan kita yang sampai saat ini masih jauh dari harapan.

Coba renungkan kata-kata ini, Nasib "Pahlawan Tanpa Tanda Jasa"? ini sangat identik dengan bait-bait lagu Iwan Fals yang mengibaratkan nasib guru seperti tokoh Oemar Bakri yang pegawai negeri. Ya, nasib guru di negeri ini memang masih dipandang sebelah mata oleh pemerintah, masih jauh dari kata sejahtera. Padahal guru merupakan salah satu penentu berkembang atau tidaknya pendidikan di suatu Negara.

Inilah bagian ilustrasi fenomena profesi guru yang masih menyelimuti dunia pendidikan kita saat ini.

Ada suatu Problematika tentang kehidupan Guru. ada guru mengajar dengan perut kosong karena tak punya uang buat jajan, bahkan gaji sebulan tak cukup memenuhi kebutuhan keluarga dan anak-anak di rumah. dan kini, tak usah heran jika ada guru menjadi tukang ojek, sopir angkot, pedagang kaki lima dan lainnya diluar profesi mendidik dan mengajar. Pertanyaan gue adalah, apakah ini imbalan yang pantas di didapat oleh para “pahlawan tanpa tanda jasa”. Apakah ini adil, dimana kesejahteraan itu berpihak….?

Kesejahteraan guru hanya ada dalam kampanye partai politik calon legislatif, mulai dari pusat hingga ke daerah bahkan dalam kampanye Pilpres pun persoalan pendidikan dan kesejahteraan guru menjadi isu nomor satu. Kampanye masalah pendidikan dan kesejahteraan guru kerap menjadi bagian penting partai ANU, capres ANU. Setelah menang dan berkuasa semua janji tinggal janji, (Fuuuiiiiiihh..persetan dengan janji-janji mu..!!) Gaji anggota dewan, para menteri sampai pejabat di daerah dengan segala fasilitas yang melimpah ternyata jauh lebih penting ketimbang guru yang nyata-nyata menjadi kunci penentu masa depan anak bangsa.

Harus diakui secara jujur bahwa di negeri ini profesi guru ternyata kurang diminati. Alasannya sederhana, karena secara materi tidak menjanjikan. Persoalan gaji kecil yang sering dipotong sudah menjadi lagu lama. Tidak adanya fasilitas memadai dan sejumlah masalah lain yang serba kurang.

Seandainya guru punya rumah mewah, mobil bagus, ini adalah sebuah keajaiban atau pengecualian. Bisa jadi ia keturunan keluarga berduit atau punya suami/isteri pengusaha, pejabat atau ada usaha besar selain guru, paling tidak mengelola usaha di luar aktivitasnya mendidik dan mengajar.

Haaaaaahhhh…Apa kaataaaa Dunia…!!! Maka dari itu, Marilah kita bersama-sama tuk merenungkan nasib pendidikan yang makin tak menentu ini, kemudian mencari solusinya (lalu berGERAK),

ingatlah anak dan cucu kita nanti, merekalah yang akan merasakannya. (YKN)


[1] Mahasiswa Pendidikan Sosiologi 04, Layouter DKS

No comments: