Tuesday, November 13, 2012

Dramaturgi

Mahasiswa yang mengambil jurusan pendidikan baik dari jurusan mana pun pasti akan merasakan namanya PPL atau praktek pembelajaran Lapangan, yang biasanya di laksanakan di tiap sekolah-sekolah  sekitar, mulai dari Play group sampai Tingkat SMA. Mahasiswa terjun langsung di sekolah guna mempraktekan ilmu pendidikan yang didapatkannya di bangku sekolah dan memperoleh pelatihan yang dilakukan oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan atau disebut guru pamong.
Mahasiswa yang terjun langsung ke lapangan diharapkan mendapatkan pembelajaran sekaligus pelatihan guna menjadi guru yang professional. Dalam pembelajaran untuk menjadi guru professional mahasiswa di haruskan mengikuti kode etik guru.
Permasalahan timbul bagi mahasiswa yang memiliki sikap yang berbanding terbalik dengan kode etik guru tersebut dan kesulitan untuk beradaptasi.  Banyak kasus yang menemukan bahwa sebagian mahasiswa harus berpura-pura menjadi guru dan dengan sekuat tenaga menekan atau tidak memperlihatkan sikap yang ditunjukan dalam pergaulan sehari-hari di sekolah.
menganalisa kasus di atas meminjam istilah dari Erving Goffman yakni dramaturgi, sebuah teori yang menggambbarkan mengenai rentetan kehidupan sosial seperti pertunjukan drama dalam pentas. Dimana individu mencoba memainkan peran yang lain yang disediakan oleh dunia sosial. Dan dramaturgi ini biasanya terjadi dalam institusi total seperti pendidikan, militer. Yang membutuhkan penghambaan tinggi terhadap institusi.
Mahasiswa yang berpura-pura untuk menjadi seorang guru tidak lebih merupakan sebuah dramaturgi dimana sekolah di jadikan sebagai panggungnya atau setting tempat untuk dijadikan tempat pementasan. Perlu di ingat dalam konsep dramaturgi terdapat dua konsep yakni front stage dan back stage. Front Stage merupakan latar depan panggung dimana actor mempresentasikan berbagai peran yang dilakukannya.  Dalam front stage terdapat setting dan front personal. Setting lebih mengarah kepada kondisi-kondisi serta pemandangan fisik yang harus ada atau telah disiapkan untuk dimainkan oleh actor tersebut. Sebagaimana yang disebutkan bahwa sekolah menjadi bagian dari front stage sebuah dramaturgi yang di lakukan oleh mahasiswa yang sedang PPL. Mahasiswa berpakaian rapi mengenakan kemeja, celana bahan dan menggunakan sepatu pantofel. Layaknya seorang guru yang berpakaian rapih dan siap mengajar di kelas. Tetapi itu hanya peran belaka bagi mahasiswa yang sedang PPL demi nilai semata. Dan mulai membiasakan diri untuk di cium tangannya dan menjaga sikap di depan para anak didik ketika di sekolah.
Lain di sekolah lain pula di luar, mahasiswa ini mulai menanggalkan atributnya dan kembali yang menjadi dirinya, yang biasanya merokok maka ia merokok, yang biasanya ga betah bajunya di masukan kedalam celana maka bajunya pun dikeluarkan dari celana dan mengganti celana bahan dengan celana jeans atau lainnya. Dalam hal ini konsep back stage bermain yakni kembalinya individu terhadap peran awalnya. Dalam back stage seseorang bebas mengekspersikan dirinya kembali tanpa khawatir atau pun ragu-ragu mengenai orang yang melihatnya. Karena dalam backstage tidak aka nada penonton yang akan melihat actor sedang melakukan apa. Penoton hanya melihat actor ketika didepan panggung tidak ada yang tahu ketika di belakang panggung actor seperti apa. Karena tidak adanya penonton ini lah yang menyebabkan back stage merupakan bagian yang aman untuk mengeksperikan kembali setelah melakukan peran yang berbeda di depan panggung. Sama seperti mahasiswa ini ketika di sekolah ia bersikap dan berperilaku selayaknya seorang guru tetapi ketika di luar ia akan menjadi dirinya kembali.
Dramaturgi meskipun kita melihatnya sebagai bagian dari sebuah kepicikan karena berpura-pura menjadi orang lain tetepi dramaturgi ini merupakan bagian dari sebuah komunikasi. Dramaturgi merupakan alat komunikasi yang berbeda dengan alat komunikasi konvensional. Dalam konvensional pemaksimalan penggunaan indera verbal dan non verbal untuk menggapai hasil akhir dari tujuan komunikasi yang dilakukannya. Sedangkan dramaturgi meliputi keseluruhan dari komunikasi dan memaksimalkannya agar memperoleh feedback dari para penonton. Lalu apa feed back dari seorang mahasiswa yang sedan melakukan dramaturgi disekolah? Feedbacknya yakni dia akan dianggap sebagai seorang guru meskipun hanya berstatus PPL,  Guru yang dihormati oleh anak didik. Yah komunikasi yang dilakukan dengan sebuah pencitraan seorang mahasiswa yang bermetamorfosa menjadi seorang guru meskipun dalam masa pelatihan untuk menjadi guru yang professional, ditambah dengan bahasa verbal dan non verbal yang dilakukannya seperti gerak- geriknya layaknya seorang guru maka tidak heran kalau feedback yang diberikan oleh penonton yang tidak lain anak didik akan menganggapnya seorang guru

No comments: